Pages

Welcome!

Sunday, 9 October 2011

kembali

dia tetap berdiri disana. tak bergeming sedikitt pun, menatap luasnya sang fajar yang merah merekah. aku hanya bisa menatap punnggungnya. dan sekali lagi.. tak ada suara disana

 "kenapa diam?" suaranya yang menggelegar menghancurkan lamunanku "lalu apa keputusanmu?"
 sekali lagi aku diam. aku masih meraba raba dunia nyata. "emmm.. aku juga belum tau" jawabku singkat
 sejak kejadian itu aku mencoba berdiri sendiri. rasanya tak ada yang mau menyokongku, tak ada tanah untuk berpijak. dikhianati memang kenyataan pahit yang harus aku hadapi jika memilih untuk berkomitmen seperti ini.  tiba-tiba punggung bidang itu berbalik arah. ia menunduk sedikit, sehingga matanya bertemu dengan mataku. kulitnya yang sawo matang berubah warna terkena pantulan mentari sore.
dia terus menatapku. hangat.
"aku masih sayang kamu" katanya dengan suara berat. aku tak bergeming sedikitpun. aku terhipnktis oleh tatapannya. aku ingin mengatakan sesuatu. tapi lidah ini kaku. aku juga masih mencintaimu. hanya hatiku yang mampu mengatakan itu.
entah bagaimana, mataku memanas, air mataku tumpah. aku juga tak tahu air mata ini untuk apa. kembali teringat perihnya penghianatan yang aku rasakan.
"hey kamu kenapa?" ia mengusap air mataku dengan lembut. lembut sekali.. kemudian dia mendekapku.. aku tenggelam di dalam pelukannya. "aku tidak mau kehilangan kamu lagi" katanya dengan suara yang berat. air mataku semakin cepat mengalir. tak sepatah katapun mampu aku ucapkan. angin sore pinggir pantai meniupkan sebuah senandung alam yang semakin melengkapi kehangatan ini. "aku juga masih sayang kamu" akhirnya kata itu mampu aku ucapkan.. dengan lembut in melepaskan dekapannya. dia kembali menatapku. menghapus air mataku. "terimakasih" aku melihat setitik air mata menetes dari sudut matanya. baru sekali itu aku melihatnya menangis. "maafkan aku, aku tak mau kehilangan kamu lagi"
 ia kembali mendekapku. penuh arti. aku tenggelam dalam pelukannya. pelukan yang selama ini aku rindukan. hangat. nyaman. mentari senja yang sedari tadi menjadi saksi kembalinya cintaku sudah mulai bersembunyi. semilir angin yang hangat pun telah menjadi dingin. tapi dibalik dekapannya yang hangat aku tak merasakan perubahan itu. dia telah kembali

No comments:

Post a Comment

Design by | SweetElectric